10. Peringatan Nenek Agnes
Pada musim panas, Caroline telah menjual
rumah di River Street. Satu pekan ketika Ali pulang, hampir semua perabotan
sudah tidak ada dan telah dijual. Namun, mereka masih memiliki meja kecil di
dapur, kompor, dan tempat tidur masing-masing. Tapi hampir semua
barang telah lenyap.
Segala sesuatu tampak berbeda bagi
Ali. Sedikit menakutkan jika memikirkan pergi ke suatu tempat yang begitu jauh.
Tapi selama ibunya bersamanya, ia tahu semua akan baik-baik saja.
“Ali, tolong bukakan pintu. Mungkin
beberapa orang datang untuk menawar barang.” teriak ibunya dari dapur. Ali
membiarkan orang-orang masuk dan mereka mulai menunjuk beberapa barang-barang
yang masih tersisa, satu set ensiklopedia, beberapa pinggan, patung-patung
kecil dan beberapa lukisan di dinding.
Seorang wanita berjalan ke dapur,
mengambil pinggan dan bertanya pada ibu Ali “Berapa nih?”
Lalu wanita itu mengulurkan tangan ke Smokey Bear yang diletakkan
Ali di atas meja makan lalu bertanya kembali “Berapa nih harganya?”
“TIDAAAAAAK!!!! jangan Smokey.” Wanita itu
menatap Ali seakan-akan ia adalah anak yang pemarah.
“Smokey tidak untuk dijual.” kata
ibunya, menyerahkan Smokey pada putrinya.
“Ali, bawa Smokey dan pergilah
keluar untuk bermain.”
Seorang laki-laki yang di dekatnya mengerutkan
kening ketika Ali berjalan keluar dari pintu belakang dengan Smokeynya.
Malam itu Nenek Agnes datang ke
rumah. Ia masuk dan serta merta nyerocos mengatakan betapa gilanya Caroline
pergi ke New York.
“Aku tidak mengerti bagaimana kau
begitu saja akan meninggalkan California menuju kota besar yang mengerikan dan bahaya
dengan anak-anakmu.” Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya. Ali
duduk di meja mendengarkan keduanya mengobrol selagi ibunya makan semangkuk Rice
Crispies dan minum segelas susu dengan sedikit mélase Br’r Rabbit di dalamnya.
“Kau akan tinggal di apartemen yang
penuh kutu busuk dan mengerikan. Apa yang terjadi jika pertunjukkan George berdesakan?
Semuanya tertutup beton. Mereka tak memiliki rumput dan pohon di sana. Tidak
ada tempat untuk piknik seperti Griffith Park. Orang-orang selalu saling
menuding dan menggantung pakaian mereka keluar jendela. Aku juga pernah membaca
bahwa ada bayi bajul yang muncul dari dalam toilet.
Aku tahu, karena pernah pergi ke Chicago
saat masih muda. Kota-kota besar memang mengerikan.” Nenek Agnes menguliahi
sementara ibu Ali mengepak barang.
“Dengar Ibu, berhenti mengatakan
semua itu. Pertama-tama, ibu belum pernah ke New York. Kedua, aku ingin keluargaku hidup bersama. Anak-anak
butuh seorang ayah dan aku butuh suamiku. Mau itu New York, atau Timbuktu, aku
tetap membawa anak-anak hidup bersama ayahnya. Mau ada kutu busuk atau tak ada rumput
sekalipun ataupun jemuran yang menggantung di jendela, itu bukan masalah.
George dan aku sudah berjauhan terlalu lama.”
“Kamu akan merindukan sinar matahari California
ketika mulai musim salju di New York. Aku tak pernah menyangka kau akan
meninggalkanku disini sendirian.” seru Nenek Agnes.
“Sungguh Bu. Ibu takkan sendirian.
Ada Dan disini juga paman dan bibi. Tentu ya, aku akan merindukan California,
tetapi ada masalah yang lebih besar. Aku mencoba membenahi keluargaku sekarang.
Kita semua hidup di tempat yang berbeda. George di New York, Ali di tempat Mrs
Amity dan Reynolds di rumah Mrs Packard sementara aku bekerja sepanjang waktu
dan pulang hanya cukup untuk makan tidur lalu bangun di pagi hari untuk kembali
bekerja.”
“Memang sulit, siapa bilang itu
mudah.” sela Nenek Agnes lagi. “Kenapa bukan George saja yang kembali bekerja
di Lockheed? Dia kan punya karir yang baik di sana.”
“Ibu tahu kan dia selalu bermimpi bernyanyi di
sebuah pertunjukkan. Itu adalah cita-citanya……”
“Ya, hari dimana Ali dilahirkan.”
kata Nenek Agnes tajam. Ibu Ali memandang anaknya yang mendengarkan mereka
berdebat.
“Ibu tidak perlu mengatakan itu!” gerutu
Caroline .
Ibu menatap Ali dan bilang sudah waktunya
menggosok gigi dan tidur. Ali berlal dengan terus mendengarkan, meskipun ia
tahu menguping saat orang berbicara di ruangan lain itu tidak baik.
“Caroline, aku ingin yang terbaik
bagimu. Kau tahulah, aku akan
merindukanmu. Siapa yang akan menemaniku nonton di bioskop sekarang? Kau akan
begitu jauh.”
Caroline mengingatkan ibunya untuk
menulis surat dan menggunakan telepon untuk tetap berhubungan.
“Perutku rasanya mulas.” cetus
Nenek Agnes tiba-tiba sambil menyambar tasnya dan menuju pintu
“Lihat! Kau akan tahu macam apa
kota New York itu. Kau akan lihat!” Ia meninggalkan rumah dan membanting pintu
di belakangnya.
Ali muncul dari lorong dan berjalan
ke tempat ibunya sedang duduk di lantai untuk
mengemasi barang.
“Nenekmu hanya tak ingin kita
pergi.” kata ibunya saat ia menatap Ali dan bangkit dari lantai.
“Kupikir berkemas malam ini sudah
cukup.” Bersamaan Ali dan ibunya menuju ruang tamu, Ali melihat globe.
“Lihatlah ibu, ini kota New York.” katanya
sambil menunjuk ke tempat di globe yang ditunjukkan ibunya beberapa waktu yang
lalu.
“Apakah disana benar-benar banyak
kutu busuk dan jemuran yang bergelantungan di jendela juga bayi buaya? tanya
Ali.
“Oh, tentu disana ada, seperti disini
juga ada kan Sayang?”
Dan tentang jemuran yang
bergantungan di jendela, apakah itu benar-benar penting?
Kita akan bersama-sama dengan
ayahmu. Itu yang penting untuk diingat.
Dengar Ali. Reynolds sedang
bermalam di rumah temannya, Russell. Mari kita menonton televisi sambil makan
popcorn, menghabiskan waktu berdua. Hanya ibu dan kamu, Oke?”
“Oke!” sahut Ali antusias.
Or pachislot from the words "pachinko" and "slot machine", are a descendant of the standard Japanese pachinko sport. Slot machines are a fairly new phenomenon and they can be discovered largely in pachinko parlors and the grownup sections of amusement arcades, generally known as|often known as} sport centers. Taste is a reference to the small quantity often paid out to keep a participant seated and continuously 다파벳 betting.
BalasHapus