Selasa, 24 April 2018

Begini Rasanya Memulai Usaha Baru?

Jadi, mungkin sudah sebulanan ini aku mulai jualan kue. Setelah sejak tahun 2015 aku bergelut dengan clay. Sampai aku putuskan untuk memulai usaha baru. Tetep sih nggak jauh dari tepung-tepungan. Bedanya, satunya buat dipajang, satunya bisa dimakan. Menurutku, pasar untuk kue itu lebih luas walaupun ini terdengar mainstream banget. Setelah menjamurnya usaha kue artis di penjuru kota Indonesia. Biarlah, justru dari situ aku terinspirasi pengin punya produk sendiri. Aku selalu kagum dengan orang-orang yang punya usaha, terutama di bidang kuliner. Entah dia buat sambel, rendang dan segala jenis lauk pun makanan yang dikemas dengan baik sehingga bisa diperjualbelikan.

Awal aku memutuskan untuk mecoba peruntungan di usaha kue ini karena pesanan untuk clay mulai sepi. Ini kemungkinan karena aku jarang iklan dan tidak inovatif. Produkku mandek di model yang itu-itu saja. Aku pun nggak mencoba membuat bentuk baru yang lebih variatif. Bisa jadi kebosanan melandaku, sehingga semangatku di clay ini sangat menurun. Sebenarnya pasar souvenir clay ini termasuk bagus. Selain unik, lucu dan sangat jarang orang bisa dengan keahlian ini. Apalagi, clayku ini termasuk murah. Tapi, apa mau dikata hidup terus berjalan, tak bisa mengandalkan satu sumber penghasilan. Lagi, aku punya cita-cita untuk punya rumah sendiri. Itu sangat berat, masak suamiku saja? kasihan dia. hehehe. 

Jujur, keuntungan jualan clay dan makanan itu tidak bisa dibandingkan. Apalagi di awal-awal begini. Dalam clay keuntungan bisa hampir 70 % karena di sini yang dibeli adalah kreativitas. skill dan imajinasi, bahannya pun murah karena buat sendiri. Sedangkan kue, bahan-bahannya banyak, modal yang dikeluarkan dan keuntungan yang didapat beda tipis. Misalkan untuk membeli bahan-bahan lagi, hanya tersisa beberapa puluh ribu. Dan capeknya itu luar biasa ketika pesanan sedang banyak-banyaknya. Bayangkan, aku harus mencuci bowl mixer dan pengaduknya berulang-ulang kali setiap digunakan untuk memixer satu loyang kue. Untuk dipakai lagi harus dilap sebersih-bersihnya sampai tidak ada tetesan air, karena itu bakal bikin kue bantet, sehingga aku mengelapnya pakai tisu. Karena lap kurang maximal menyerap air. 

Belum sampai di situ. Terlebih yang menguras tenaga adalah ketika konsumen minta delivery order. Mau bagaimana lagi, demi produk bisa dikenal masyarakat luas, apa saja ditempuh. Di sini aku selalu merepotkan suamiku karena dia harus mengantarku. Padahal dia kan juga punya kerjaan sendiri. Ya semoga secepatnya aku punya motor matic sendiri, jadi nggak ngerepotin dia terus buat sekedar belanja bahan atau mengantar pesanan, hehehe. Nggak perlu dipikir nggrantes juga ding. Mengingat sesuatu yang sudah jadi pillihan itu ya tetap dijalani dengan ikhlas walaupun pas capek-capeknya kadang ngeluh "Gini amat cari duit." Tapi aku selalu memupusnya dengan mengingat kehidupan yang kupunya hari ini. Keberuntungan yang diberikan tuhan padaku. Bagus deh gue hidup dekat kota mau ke mana-mana gampang, mau cari apa aja ada, tinggal gue aja yang getol, rajin-rajin cari penghidupan. Yah, alasan lain dibalik usaha ini juga kedepannya, kalau orderan banyak dan tiap hari ada aku bisa minta tolong bantuan orang lain. Dan kesempatan usaha ini untuk maju juga lebih besar. Mengingat jika aku tetap menekuni clay, bagaimanapun aku tetap membatasi orderan dan sepertinya juga tidak bisa meminta bantuan orang lain karena 90 % kerjaan tetap aku yang menangani. Hehehe. 

Alhamdulillah, pelan-pelan setiap iklan mulai banyak yang order. Untuk langkah pertama aku mecoba post di grup kuliner Salatiga. Eh, tapi pas pertama banget nyoba iseng-iseng post di sana dengan gambar kue potongan dengan foto seadanya, harga juga ngasal. Responnya cuma dilike-like. Kemudian aku berpikir untuk serius. Pada analisaku, aku harus punya foto produk dengan packagingnya. Jadi orang bisa membayangkan bagaimana bentuk dan ukuran kue itu. So, ini adalah foto kue yang pertama mendapat banyak respon. 



Padahal ini amat sangat biasa banget. Untuk deskripsi tentu ukuran kue, harga dan nomer WA, (by the nomerku hangus kelewat masa tenggang, apakah dia bisa kembali lagi. Jika bisa akan kutulis di blogku). Sampai saat ini aku masih fokus di kue tape. Karena responnya bagus, beberapa testimoni yang masuk bilang enak. Dan ada konsumen yang order sampai berulang-ulang. Alhamdulillah, ini merupakan pelecut semangatku untuk tetap tidak berhenti. Untuk saat ini, aku masih membuat varian produk yang lain yang prosesnya gampang dan enak. Oh ya, aku juga sering mencoba resep-resep orang untuk kurecook dan kuposting di intagram @dapurmawud. Baiklah sekian dulu curhat di pagi hari ini. Biarlah, tulisan akan jadi pengingat bagaimana awal ceritaku merintis usaha kue.