Senin, 22 Februari 2016

The Lazy Blogger Wanna Be

 Selamat ulang tahun Gandjel Rel, satu tahun sudah usiamu. Senang sekali menjadi bagian dari komunitas ini. Aku jadi punya alasan untuk ke Semarang dan mengenalnya. Dari kopdar dan ikut berbagai acara di Semarang. Seenggaknya, tahu nama-nama tempat di kota Lunpia ini.



Jujur saja ya, aku nggak berani loh menyebut diri sebagai blogger. Iya lantaran jarang update blog. Jadi merasa kurang pantas disebut blogger. Menurutku dalam kata blogger, ada komposisi keahlian, profesionalitas, ketekunan dan kecintaan. Dan porsiku hanya seujung kuku untuk dari unsur-unsur itu.Yah, semacam kata hacker. Mendengar itu terbersit kesangaran yang waw gitulah. Jadi sementara ini menyebut diri sebagai blogger wanna be hahaha. Bodo amatlah.

Then, kayaknya juga nih sebagai blogger wanna be belum cocok juga. Karena usaha-usaha untuk jadi blogger nggak dilakuin. Contohnya, minimal posting tulisan seminggu sekali. Itu susah, menurutku. Yes, susah ngumpulin niatnya, hehe. Jadi menurutku nih ya, tipe blogger kayak aku gini cocoknya dilabeli the lazy blogger wanna be alias mau jadi blogger tapi males. Panjang amat yak. Kalau titel tambah panjang kayaknya pinter banget. Lha iniiiiii?

Sebagai blogger males, tentu aku salut dengan mereka yang intensif mengisi blognya. Menurutku mereka itu barulah patut disebut blogger sejati. Ibarat artis bejibun di Indonesia, cuma beberapa yang patut disebut seniman. Blogger males ini sebenarnya butuh training. Pertama, iming-iming. Ini wujudnya dalam bentuk materi. Misal dari ngeblog bisa dapet duit, gadget, syukur-syukur bisa bangun rumah. Yes itu dia bakal bikin kemecer. Walaupun yah, banyak lah manfaat dari ngeblog, bisa kenal banyak orang kalau kopdar, dapet ilmu, blognya memberi pencerahan, de el el. Namun, jawaban kayak gini kurang disukain Deddy Corbuzier, hihihihi. Jelasnya, elu ngeblog dapat apa?

Kenyataannya blogger menekuni blog pasti pengin ada rewardnya. Kalau nggak, ngapai mikir DA, PA, PV dan apalah-apalah itu. Nulis ya nulis aja keleus. Ada yang baca apa enggak ya sebodo amat. Kayak Alyssa Soebandono aja. Dia nulis blog juga. Updatenya ya suka-suka dia, setahun sekali, setengah tahun, pas lagi niat. Yes, karena blognya isinya cerita. Not money oriented blog. She’s not a bloggerJadi, kalau mau jadi blogger ya mestinya melakukan yang blogger sejati lakukan. Allright.



8 komentar:

  1. Semangat Mba Adiit..!!

    hm.. aku jadi malu habis baca tulisan ini *tutupmuka* hehe

    BalasHapus
  2. ih..bgs tulisannya jd blogger tu klu bs g selalu money oriented y mb tp krn suka nulis

    BalasHapus
  3. harus ada kombinasi antara suka menulis dan money oriented :D :D money oriented doang nggak ada passion nggak jalan2... suka nulis doang nggak money oriented juga jadinya lazy blogger wanna be yaaa :D

    aku pernah bercita2 jadi novelis (sekarang juga pengen sih), dan selalu kutulis novelist wanna be... ya karena doanya cuma wanna be, akhirnya wanna be mulu, nggak meningkat jadi novelis beneran.. untuk yang blogger ini, aku nggak mau nulis blogger wanna be lagi.. pede aja bilang blogger, dengan memberi title seperti itu pada diri sendiri, otomatis motivasi untuk ngisi blog jadi meningkat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak. makanya jika kita ingin menjadi blogger eneran memang harus rajin nulis. hehe. Apalagi kalau ada hasil dari ngeblognya ya. syemangant deh harusnya.

      Hapus
  4. buat jadi blogger beneran, minimal diapdet blognya rutin walau hanya seminggu sekaliii hihihi sayaaang dit, buat branding pengusaha clay juga bermanfaat ni blogmu, lebih terpercaya...

    BalasHapus