Senin, 25 Januari 2016

Profesiku, aku yang tentukan

Sudah lama blogku ini bulukan. Tapi ya sudahlah penyesalan memang belakangan kalau di awal namanya pendaftaran donk. Hehe

Dulu zaman masih SD sering banget kita ditanya cita-cita mau jadi apa ya kan? Hampir 90 % anak-anak menjawab profesi mentereng yang menurutnya akan membuat sukses dan kaya. Contohnya dokter, presiden, polisi, tentara, menteri dan guru. Yang terakhir ini mungkin dipilih sama anak-anak yang punya jiwa pengabdian yang tinggi. Hehhe

Kalau aku sih dulu bilang ingin jadi menteri. Menteri yang mengurusi tambang minyak dan emas. Wah, pasti bisa kaya banget yak. Tapi sebenarnya itu asal nyeplos saja. Karena jujur aku nggak tahu ingin jadi apa. Dalam lubuk hati yang paling dalam sih ingin jadi artis, hihihi.

Menurutku semakin kita dewasa hidup itu makin fleksibel saja. Apalagi setelah purna sekolah dan kuliah. Banyak juga yang mencari nafkah tidak sesuai jurusan yang dipilihnya saat kuliah. Terkadang awalnya bikin orang tua kecewa. Susah susah dikuliahkan ujung-ujungnya cuma jualan. Ya, karena menurutku jualan itu cara halal tercepat untuk mendapatkan uang. Asal jualan yang halal juga lho. Ini sih ngomongin diriku sendiri, hehe.
Ada juga sih, salah satu contoh. Seorang wanita yang sukses dengan profesi anti mainstreamnya. Walau awalnya diarahkan orang tua untuk menjadi guru.
Dialah Zeti Arina. Melalui wawancara via email wanita yang berprofesi sebagai konsultan pajak ini pun bercerita tentang profesinya yang sedikit berbeda dengan passionnya.


  sumber, facebook Zeti Arina

1. Apa sebenarnya passion Mbak Zeti?

    Passion saya sebenarnya di bidang sosial.

2. Apakah ada alasan kuat yang mendasari Mbak Zeti untuk memilih profesi sebagai konsultan pajak?

Pada saat saya mulai terjun ke profesi konsultan pajak akhir tahun 2007, belum banyak yang tertarik dengan profesi tersebut. Sehingga saya merasa ini prospek karir yang bagus karena belum banyak peminatnya.

3. Apakah orang tua sempat mengarahkan untuk memilih profesi selain konsultan pajak?

Orang tua mengarahkan saya untuk menjadi guru.

4. Kesulitan apa yang kerap dihadapi dalam menjalankan profesi ini?

Mengedukasi klien yang belum paham tentang pajak, sehingga harus sabar memberi penjelasan dan akan sangat bahagia bila mereka paham dan mau mengikuti aturan dengan tertib.

5. Bagaimana prosentase peminat  profesi konsultan pajak di Indonesia? Apakah sudah tercukupi atau jarang yang ingin menggeluti profesi ini?

Dua tahun yang lalu konsultan pajak di seluruh Indonesia masih kurang dari 1.000. Saat ini sudah naik di atas 4.000. Tetapi dengan wilayah yang luas dan penduduk yang banyak, saya rasa masih kurang. Saat ini konsultan pajak termasuk salah satu profesi yang cukup laris. Bersamaan dengan kebijakan perpajakan yang makin ketat dan makin nyambung. Dua tahun ini sebagai tahun penegakan hukum.

Hayo....siapa yang ingin menggeluti profesi ini, mumpung saingannya belum banyak. Kesempatan mencari rezeki di bidang ini tentu terbuka lebar. Bisa jadi, tulisan ini buat referensi bagi mereka yang ingin melanjutkan kuliah tapi bingung menentukan jurusan. Ups, tapi pesanku sih, tetap pilih jurusan kuliah yang benar-benar dari minatmu dan lubuk hatimu yang paling dalam. Jangan ikut-ikutan. Karena langkah awal, bisa jadi menentukan nasibmu. Cieeeh, sok nasehatin banget aku :)


                                                         

3 komentar:

  1. suka banget tulisan ini. Emang bener mbak kita ini haruslah menentukan jalan sendiri

    BalasHapus
  2. hihihihi ayoo rajin diapdeeet blognya minimal seminggu sekali saaay...

    BalasHapus