Minggu, 22 November 2015

Kalau Perusahaan Revaluasi Aset, Kita Revaluasi Potensi aja

Belakangan ekonomi di Indonesia memang melesu. Dampak dari kenaikan dolar tentu berimbas pada ekonomi. Masyarakat akan lebih berhati-hati untuk mengatur uang. Sehingga mengurangi konsumsi pada hal-hal yang tidak krusial pun jadi pilihan. Jika sudah begitu, produsen dan perusahaan banyak mengalami kerugian. Lalu keputusan bijak seperti apa yang tidak merugikan banyak pihak? Sebagai buruh, tentu hanya ingin terus bekerja untuk bertahan hidup. Bukan sebagai solusi perusahaan dengan mengurangi jumlah karyawan.


 Sesuai dengan kebijakan ekonomi jilid 5 perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi aset. Yaitu menilai kembali aset perusahaan untuk disesuaikan dengan harga pasar. Zeti Arina sebagai konsultan pajak mengatakan "Bahwa tujuan revaluasi aset ini untuk menggairahkan perekonomian kembali. Dengan revaluasi aset tentunya nilai asetnya bertambah sehingga biaya penyusutannya juga bertambah, bagi yang biaya penyusutannya sudah nol dampaknya tentunya kan menambah biaya dan dampaknya kan mengurangi laba, bila laba secara pajak berkurang tentunya pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil." 

Zeti Arina, konsultan pajak 
Namun kali ini, sebagai individu kita pun mempunyai aset. Tak melulu bergantung pada perusahaan yang mempekerjakan kita. Apa yang bisa kita lakukan untuk menyeimbangan ekonomi. Yaitu revalusi potensi. Apa yang kita bisa, apa yang jadi keahlian bisa direvaluasi. Misal kita adalah guru les privat dengan tarif 20 ribu per jamnya, tentu harga segitu sudah murah sekali. Patokan tarif ini mungkin pantas untuk 2 atau 3 tahun lalu. Padahal menjelang tahun 2016 hampir semua hal mengalami kenaikan. Dari kebutuhan pokok sampai biaya sekolah. Dengan ini, rasanya kita perlu revaluasi potensi dengan menyesuaikan harga pasar. Berapa sih fee untuk 1 jam bimbingan belajar privat? tentu mahal dong, tidak bisa disamakan dengan yang bareng-bareng. Dengan begitu apa yang kita berikan sepadan dengan yang didapatkan. Kita bisa membandingkan dengan bimbingan-bimbingan belajar pada umumnya. Dari situ kita menentukan rate sesuai ilmu dan potensi yang kita punya. Nah, ini berlaku untuk segala potensi ya, bisa trainer masak, senam, baby sitter atau yang lainnya. Tidak ada istilah profesi ecek-ecek, semua pekerjaan pasti butuh keahlian kan? 


2 komentar: