Senin, 27 April 2015

Bikin Owl Unyu yuk!!!

Aduuh.... lagi kendor ngeblognya dalam kata lain adalah malas, hihihi. Gara-gara netbooknya lemooot banget kalau dibuka nunggu proses bisa sampe ngetik begini itu kira-kira sejam. Udah gitu, tahu-tahu mata ngantuk aja. Batal deh posting *alesan.
Oh ya, kali ini saya pengen bagi tutorial kreasi dari clay tepung. Sudah pada tahu kan apa clay tepung itu? 
Apa?? belum? hehehe. Jadi clay itu sendiri artinya adalah tanah liat. Namun, karena bahannya terbuat dari tepung jagung makanya dia disebut clay tepung. Clay jenis ini sifatnya air dry clay. Jadi, proses pengerasannya tinggal didiamkan saja. Ketahanannya juga relatif. Namun usahakan tidak terendam air. Proses pengerasan membutuhkan 5-7 hari. Jadi, musti extra sabar. Jangan dijemur di bawah matahari yaaa. Nanti luarnya saja yang kering. Tapi dalemnya masih lembek.

Saya mulai suka ngulet-ngulet clay ini pertengahan 2014. Ya, hobi yang nggak kepikiran sama sekali buat ditekuni sampai sekarang. Hasil berguru dari internet saya mulai bisa ngebentuk-bentuk clay sesuai keinginan, walaupun masih rada nyonto banget, hihihi.  Oke langsung saja ya saya poskan fotonya. Kali ini membuat bentuk yang mudah yaitu, Simple owl.




1. Bentuk bulatan agak besar, pastikan clay tercampur rata, sehingga saat kering tidak belang-belang.
2. Pipihkan bulatan tadi menjadi bentuk tetes air, cubit ujung-ujungnya sehingga seolah-olah membentuk telinga burung hantu.
3. Bentuk bulatan kecil.
4. Pipihkan.
5. Tempel di bagian perut owl


6. Bentuk dua bulatan sama besar,
7. Pipihkan, seperti bentuk tetes air
8. Tempel di dua sisi tubuh owl kanan dan kiri
9. Bikin dua bulatan kecil lagi yang berfungsi sebagai mata owl.
10. Satu bulatan kecil pipihkan pasang terbalik, berfungsi sebagai hidung owl.
11. Owl belum sempurna


12. Warnai mata owl menggunakan kuas membentuk bulatan hitam, kalau saya menggunakan eyeliner cair yang tak terpakai.
13. Tusukkan paku sembilan yang sudah dilengkungkan untuk mengaitkan ring agar gantungan  kunci tidak mudah lepas.
14. Tusuk-tusuk bagian perut owl menggunakan jarum. Seolah-olah membentuk bulu owl

Membuat bahan clay tepung ini susah-susah gampang jika adonannya kurang pas, bisa jadi clay kering dan susah dibentuk. Cara membuatnya yaitu, campurkan tepung jagung (maizena) dengan lem kayu takarannya 1:1. beri sedikit air. agar adonan kalis teteskan baby oil atau lotion. uleni dengan sabar.
Jujur, sampai sekarang saya belum berhasil membuat adonan yang pas. Untuk membuat adonan yang sip markosip dibutuhkan jam terbang tinggi dalam prakteknya. So, jika hanya ingin iseng-iseng, beli saja bahan claynya di gramedia, Biasanya clay oven.

Oke deh....happy crafting yaaa. Jika ada yang ditanyakan, sila poskan komentar. Insyaallah dibalas. Semoga bermanfaat.

Senin, 20 April 2015

Hilangnya Si Brintik

  Desa Sumberayem sedang geger dengan berita pencurian ayam yang kerap terjadi akhir-akhir ini. Beberapa warga mengaku kehilangan ayamnya. Entah bagaimana cara mencurinya. Tahu-tahu ayam mereka tidak pulang ke kandang.
“Semoga ayam kita aman-aman saja ya Nuri.” kata Nura kepada adiknya.
            “Iya, semoga tidak ada yang mencurinya.” sahut Nuri.
Tak disangka, dua hari kemudian ayam Nuri hilang. Ayam yang ia beri nama Brintik itu tidak kembali. Biasanya ia sudah bertengger di dahan pohon rambutan belakang rumah bersama Lurik. Kini, ayam Nura itu sendirian di dahan sana.
Dibantu ayah dan ibu, dua bocah kembar itu pun mencari Brintik yang menghilang. Namun, sampai matahari benar-benar amblas, mereka tidak menemukan Brintik.
“Besok kita lanjutkan mencari Brintik lagi ya Nuri?” kata ayahnya menghibur anak bungsunya yang tampak muram.
“Iya Yah.” sahut Nuri lesu. 
Keesokan harinya setelah bersusah payah mencari, Brintik tetap tidak ditemukan. Akhirnya Nuri merelakan ayamnya yang raib.
“Udahlah jangan sedih, kita main dakon aja yuk.” ajak kakaknya menghibur. Mereka pun bermain dakon di bangku yang terbuat dari semen dekat rumah tetangga. Sekejap, Nuri pun melupakan kesedihannya.
Saat asyik bermain, tiba-tiba terdengar suara ‘glodak-glodak’ dari dalam rumah tetangganya. Padahal rumah itu kosong karena tetangganya sedang bekerja. Kedua bocah berambut keriting itu langsung mengintip di jendela untuk mengetahui apa yang terjadi. Begitu mereka tiba, suara itu langsung lenyap.
“Aneh ya, kok tiba-tiba suaranya hilang?” gumam Nura menoleh pada adiknya.
“Ah paling tikus.” sahut Nuri cuek.
“Kayaknya sih.” Nura mengedikkan bahu. Mereka pun meneruskan permainan kembali.  
Tak berselang lama suara ‘glodak-glodak’ itu muncul lagi. Malah, semakin berisik dan gaduh.
“Aduh….suara apaan sih itu?” desis Nuri.
“Yuk, kita intip lagi.” ajak Nura.
Mereka pun kembali mengintip. Tidak ada apapun disana dan suara itu langsung hilang lagi.
“Jangan-jangan itu pencuri Nuri.” kata Nura tampak curiga.
“Iya, bisa jadi. Makanya dia langsung ngumpet saat kita datang.”
“Yuk, kita lapor ayah dan ibu.” ajak Nura serta merta.
Cepat-cepat keduanya pulang ke rumah. Bersamaan itu, tetangga mereka pulang bekerja. Nura dan Nuri segera melaporkan apa yang terjadi.
“Yuk kita lihat.” ajak tetangganya. Mereka berdua membuntut di belakangnya. Dari luar, suara berisik itu terdengar, tapi setelah pintu dibuka, suaranya langsung berhenti.
“Sssst.” Pemilik rumah mengisyaratkan mereka agar diam. Dan suara itu muncul lagi! ketiganya langsung mencari sumber suara. Di dapur, di kolong tempat tidur, di kamar mandi, bahkan sampai di lemari. Tapi tetap tidak ada apa-apa.
            Saat hampir putus asa. Tiba-tiba sebuah kardus di atas lemari bergoyang-goyang dan jatuh. Brukk! Dari dalamnya keluarlah seekor ayam berbulu hitam dan putih.
            “Brintiiiiiiiiiiiiiiik!” pekik Nuri kencang. Si Brintik malah kelabakan dan berlari kesana-kemari sambil berteriak petok….petok….petok….petok…. Nura tertawa terpingkal-pingkal. Ternyata Brintik mencari tempat untuk bertelur, hahahaha.

Kamis, 09 April 2015

Semua Orang adalah Inspirasi

Jujur, saya nggak pernah mematok apa-apa dalam tujuan hidup saya. Sebisa mungkin saya hidup selurus-lurusnya untuk meminimalisir masalah. Tidak melanggar hukum dan mencari gara-gara dengan orang lain, simpelnya itu. Hidup saya ini seperti kebanyakan orang, mengalir tanpa ada target-target selayaknya motivator yang suka menyuruh bikin plan A, plan B atau C. Saya sebodo amat. Semakin berumur, prinsip hidup kayaknya lebih fleksibel. Tau kenapa saya gak bikin oret-oretan tentang cita-cita dan mimpi-mimpi. Ya karena saya nggak punya cita-cita, hahaha. Bener. Siapa tahu saya jadi penyanyi pas udah umur 30an. Siapa tahu lhoo....lha wong hobi saya itu macem-macem kok. Kalau sekarang sih lagi suka motret-motret. Apa iya kedepan saya bakal jadi fotografer profesional. Paling ini hobi bertahan seminggu atau dua. 

Eit, tapi tunggu dulu, ada satu keinginan yang gak bakal ganti-ganti kayak hobi. Yaitu, jadi ibu rumah tangga yang berdedikasi. Beneran, suerr. Maka dari itu, saya itu kagum sama para ibu. Lha kok mereka itu bisa tangguh ya. Kerjaan kayak nggak ada habisnya tapi tetep strong, apalagi mereka yang nyambi kerja di luar. Weleh....weleh, itu capeknya kayak apa. Wong saya kerja yang cuma thenguk-thenguk sampai rumah langsung teler. Sambil mikir lha kalau aku jadi ibu gimana? apa aku bisa kuat?
Apalagi tanggung jawab bertambah banyak, ndak lagi mikir diri sendiri. Belum persoalan ekonomi, menghidupi diri sendiri saja belum bisa. Gimana kalau stress. Duh, para ibu yang tangguh, mengapa saya takut begini. Suatu hari saat tiba masa saya jadi ibu semoga saya bisa menjalani profesi itu dengan sungguh-sungguh.

wanita tangguh

Selain para ibu, tokoh inspirasi saya adalah semua orang. Mereka yang saya temui dan lihat otomatis terekam dalam memori. Dari sana saya juga belajar tentang sikap-sikap. Ya, bukan tentang seseorang yang berhasil dan sukses dengan materi atau mahakarya yang wah Tapi tentang perilaku keseharian, misal bagaimana cara orang bertutur kata atau semacamnya. Ketika saya di tempat foto kopi juga ada menginspirasi. Yaitu tukang foto kopi yang cekatan dan mahirnya menghitung berlembar-lembar kertas, membaginya dalam bab-bab. Lha wong saya ngitung duit dua puluh ribu yang dipecah-pecah aja sudah pusing. Ya begitulah, menurut saya keseharian itu yang menciptakan kesuksesan yang besar. Jadi tokoh-tokoh inspirasi bagi saya ya. Mereka yang membangkitkan kekaguman dalam hal sederhana, Yooo nggak mesti juga sih, yooo gitu lah....hehehehe.

Minggu, 05 April 2015

Beteng Pendem Ambarawa yang Mulai Terlupakan

Ditanya wisata seram di Semarang, kebanyakan pasti jawabnya Lawang Sewu. Masih di kabupaten Semarang ternyata ada lho saksi sejarah selain Lawang Sewu, hampir serupa cuma beda nasib karena ia teronggok dan mulai merapuh dimakan zaman. Ialah Beteng Willem I Ambarawa. Disebut Beteng Pendem karena konon ada ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai penjara. Bnteng Pendem ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan


eksotisme kerapuhan bangunan

Saat saya dan kawan-kawan sampai sana, lokasinya begitu sepi. Sekalipun terlihat rusak di sana-sini namun tempat ini sering dijadikan tempat untuk prewedding. Pernah juga untuk acara uji nyali, menurut cerita teman, banyak yang kesurupan, hiiii. 

Jangan bergidik dulu, sebenarnya di sini nggak seram-seram amat kok, karena didekat bangunan bawah ada yang menghuni. Manusia pastinya ya, ada masjdnya juga lho. Tapi kondisinya yah kurang bagus.

Memasuki kawasan ini tidak dikenai biaya tiket masuk. Yah, kita cuma titip motor di depan gerbang yag mirip terowongan ini dan minta izin saja sama bapak-bapak yang kebetulan ada di situ.


Pintu masuk lokasi


Saat berfoto di lantai dua, kami banyak menjumpai sarang burung walet di sana.


Nah, di situlah terdapat banyak burung walet.

Di sebuah situ majalah yang saya baca sarang burung waletnya sampai diekspor ke China. Konon benteng ini dulunya difungsikan untuk penjara dan sebagai barak militer KNIL.

Untuk sampai lokasi dari Semarang bisa naik jurusan Ambarawa Semarang, lalu turun Palagan. Nah, setelah dari situ bisa jalan kaki. Namun saya yakin akan mengalami kegemporan yang luar biasa, karena letak Beteng ini di tengah-tengah sawah. Ancer-ancer yang paling dekat adalah RSUD Ambarawa. Jika ingin ke sini jangan lupa untuk mampir juga di Museum Isdiman yang terkenal dengan Museum Palagan. Selamat jalan-jalan yaa.

Sumber foto : Arista Niken. 

Kamis, 02 April 2015

Belajar Foto Produk bareng Sriboga

Hai kawan!!! hummm, pagi tadi sudah mendung saja, bikin males ngapa-ngapain. Jadi posting sekarang deh, hehehe. Oh ya, malam ini saya mau cerita tentang pelatihan food photography yang diadakan Sriboga pas hari Selasa, 31 Maret 2015 kemarin. Saya datangnya agak terlambat setengah jam, soalnya dari Ungaran udah bingung mau naik Trans atau bus biasa. Eh, taunya naik Trans lebih hemat sekalipun agak lama pas menunggu di Elizabeth. Sampai lokasi acara sudah dimulai. Di samping saya duduk seorang ibu yang menanyakan "Mbak suka bikin makanan apa saja?" tanyanya. Saya langsung garuk-garuk kepala deh, hihihi. Ya cuma foto ini saksi saya pernah buat makanan apa 'saja'. Maka dari itu saya ingin belajar lebih banyak lagi :)


bakpao bengkak :D


peserta pelatihan food photography

Sesi pertama acara dimulai diisi oleh Mas Taufiq Annas. Di sini beliau membagi pengetahuan tentang teknik fotografi dasar. Apa sih fotografi itu? hmmm, pada tagline di bawahnya tertulis "Melukis dengan Cahaya" Jadi hal penting dalam menghasilkan foto yang bagus adalah pencahayaan. Sesi pertama ini materi kuliahnya agak teoritis dan banyak istilah-istilah yang sulit dicerna otak lemotku, hihihi. Jadi saya kurang ngresep nih, makanya agak sulit mau menulis dan menerangkannya *maaf yah mas Annas :)

Mas Annas mengisi kuliah dua semester :D

Oke deh, setelah ishoma, lanjut di sesi kedua yang diisi oleh Mak cantik, Mbak Diah Didi. Blognya sudah mencapai 12 jutaan viewer lho. Di sana pun telah terposting 1400 resep, waaa. Bikin pengen jadi food blogger deh. Ia membagi ilmunya tentang fotografi produk dari pengalamannya sebagai seorang blogger makanan.
Pertama, Bagaimana sih membuat foto makanan yang menarik sekaligus menjual. Nah, apa sih yang dilihat orang ketika ingin membeli barang secara online. Yup, benar foto. Jadi foto yang bagus akan menarik uang dari saku pembeli, hehehe. Lalu di slide ia membandingakan dua foto kue kering yang berjubel dengan foto kuker yang ditata cantik.

 Mana yang lebih menarik hayo?


sumber gambar                                                               sumber gambar

Pasti yang di sebelah kanan kan? coba ditambah efek remah-remah biar kelihatan crispy, pasti tambah menggiurkanNah, agar foto makanan terlihat fresh. Segera bidikkan kamera sesaat masakan matang, misal kayak kuker gitu, habis di oven langsung jepret. Kalau udah masuk toples kan udah bau angin *angin apaan coba, hihi. Untuk hasil foto yang lebih gregetz. Taruhlah objek yang dekat dengan sumber cahaya, kayak dekat jendela, atau bisa juga di halaman rumah. Waktu-waktu yang tepat untuk memfoto adalah pagi dan sore. So manfaatkankanlah waktu itu. Jika terpaksa menjepret pada waktu-waktu minim cahaya bisa gunakan lampu belajar yang disetting seperti ini.


Teknik pencahayaan agar objek terlihat terang 

Nah, teknik di atas bisa diaplikasikan di rumah dengan menggunakan lampu neon kurang lebih 80 watt di sisi kanan kirinya. Namun, menurut Mbak Diah Didi, pencahayaan paling bagus ya alami, dari matahari.

Mbak Diah Didi sedang mengajari jurus ngesyut makanan dengan tampan *cantik udah biasa kan ya :p


ibu-ibu bersemangat untuk praktek memfoto

Dalam potret memotret tentu tidak lepas dari properti hiasan atawa garnish kan? Agar objek terlihat cantik kita juga perlu memberi aksesori. Ups, cuma jangan berlebihan sehingga buat yang melihat salah fokus. Misal kita mau foto kue kering, ambil saja beberapa taruh di gelas unyu bagian alasnya atau pernak-pernik dari tembikar seperti teko kecil. Mbak Diah sendiri, suka sekali style etnik. Jadi untuk alas, sering menggunakan karung goni. Bisa juga pakai tampah, kayak foto kuker di atas sebelah kanan tadi.

Saat mengambil foto, jepretlah dari berbagai sudut. Ada tiga teknik untuk memfoto yaitu dengan berjongkok, namun jangan terlalu dekat dengan objek, berdiri tegak lurus dan dari atas. Nah, untuk memaksimalkan detail makanan, di kamera settinglah dengan efek makro. Jadi serat-serat makanan akan terlihat lebih jelas. Untuk mendapatkan fokus, tunggu titik merah atau kotak merah yang muncul di kamera. Kalau di kamera saku bisa setengah tekan. Jangan berpuas dulu dengan hanya mengambil beberapa gambar. Jepretlah sebanyak mungkin, minimal 10 kali. Berubah posisi dalam memfoto saja hasilnya beda lho. 

Ini hasil jeprat-jepret dari kamera saku saya


"Ayo jangan malu-malu kalau memotret makanan" kata Mbak Diah
habis itu saya jongkok, hehe


Jepret dari atas



Jangan lupa untuk memperhatikan kebersihan makanan dan segala tetek-bengeknya. Foto di atas itu tadinya cerinya basah loh, terus dilap sama salah seorang ibu peserta pelatihan. Jadi mengilap dan nggak becek kan dilihatnya, hehe. Agar foto lebih meyankinkan lagi, coba potong tengah makanan atau gigit sedikit, sehingga terlihat isinya. Bisa jadi orang takkan berpikir dua kali untuk membeli, jika isinya saja mantaf. hhihi. 

Jadi, foto bagus itu tidak mesti dihasilkan dari kamera yang mahal. Namun bisa disiasati dengan teknik fotografi, Maka maksimalkanlah kamera yang kita punya dengan mempelajari fitur-fitur di dalamnya. Setelah mengikuti pelatihan ini saya saja baru tahu fungsi-fungsi di kamera digitalku, hehe.Terima kasih Sriboga yang sudah memberi kesempatan saya untuk belajar. Oh ya, Sriboga juga sering mengadakan demo bikin makanan lho coba lihat info lengkapnya di tulisan Mbak Diah ini

Huah, rasanya puas belajar pada hari itu. Lain kali saya pengen juga belajar bikin makanan bareng Sriboga. Siapa tahu bakat memasak saya muncul. Waktu galau dulu, sempat sih hobi masak-masak. Kayak bikin donat amburudul dan stik bawang asin gitu, hihihi. Ah, pokoknya saya pengen ikut lagi event-eventnya Sriboga, biar pinter bikin penganan. Aduh, kalah deh, sama ibu-ibu yang kemarin pada bawa kuker lucu-lucu ada lidah kucing rainbow, skutel dan aneka makanan lainnya. Intinya, nggak ada ruginya datang ke acara ini. See you next time :)