Rabu, 25 Maret 2015

Copet Sial


Miris sekali melihat pemberitaan begal kemarin-kemarin itu. Bahkan di kampung saya sempat terdengar isu kejahatan sejenis di malam hari. Sebenarnya saya juga pernah mengalaminya. Bedanya peristiwa itu terjadi di angkot. Tepatnya disebut pencopetan. Kejadiannya sudah lama sekali, saat saya masih kuliah semester-semester awal. 

Kala itu saya pulang kesorean dari Salatiga. Hmmm, sekitar pukul 16.00 berdiri di pinggir jalan untuk pulang ke Ungaran, rumah saya. Menyadari bahwa bus engkel (bus kecil dengan satu pintu) Semarang-Salatiga sudah jarang lewat pada jam segitu, saya pun memutuskan untuk naik angkot isuzu Ungaran – Salatiga yang biasa ngetem agak lama di beberapa titik jalan. Sejujurnya saya menghindari naik angkot ini kalau tidak terpaksa. Empat faktor utamanya adalah, sopir sering ugal-ugalan, ngetem terlalu lama, penumpang sedikit dan bau khas angkot isuzu yang bikin saya pusing. 

Saat saya menaiki angkot dari Salatiga, penumpang masih banyak, kondisi seperti membuat kewaspadaan saya berkurang sehingga otak tidak alert. Tahu-tahu saya tertidur. Ketika memasuki daerah Karang Jati saya terbangun dan menyadari di dalam angkot tertinggal segelintir orang. Sampai pasar Karang Jati, ada sekitar 6 orang laki-laki dengan badan tegap dan besar mengenakan kaos dan jins naik ke angkot dan menyebar di tempat duduk depan dan belakang. Di sinilah perasaan saya mulai tidak enak. Kebetulan posisi saya di barisan kedua setelah pintu masuk, di sampingku seorang setengah tua yang kelihatannya berprofesi guru. Tiga dari jumlah orang mencurigakan itu duduk persis di belakang saya. Menyadari hal tidak beres, saya langsung mendekap tas ransel pink saya. 

Mulai yakin mereka copet adalah ketika seorang penumpang hendak turun. Di sana mereka mencoba memepet dan berusaha menyulitkan langkah penumpang ke pintu turun. Sebenarnya, kernet dan sopir angkot tahu komplotan itu adalah pencopet. Namun, ya dibiarkan begitu saja. Setidaknya ketika ada penumpang turun, sang sopir menjalankan laju angkotnya secara zigzag yang bertujuan menyulitkan copet beraksi. Ketika penumpang yang tersisa berangsur turun, ketakutan saya semakin menjadi. Jangan-jangan mereka akan melakukan kekerasan bahkan ancaman dan yang paling mengerikan adalah pemerkosaan. Ya, Allah lindungilah aku.

Hal yang paling saya tunggu adalah ketika sudah sampai tujuan dan bersiap-siap turun. Benar juga, mereka mencoba menghalang-halangi langkah saya. Ketika angkot berhenti saya langsung loncat. Hhhh….rasanya seperti terbebas dari kandang macan. Namun ternyata, tiba-tiba ada sesuatu yang mengejutkan! Dari balik jendela angkot paling belakang mereka melemparkan sesuatu dan jatuh tepat di depan kaki saya. Bukan main terkejut rasanya, ketika melihat benda berwarna pink itu terhempas pasrah. Badalah! Dompetku!!! Bagaimana bisa mereka mengambilnya, padahal saya tidak merasakan apa-apa. Cepat-cepat saya periksa dalamnya. Oh KTM aman, KTP masih ada, Alhamdulillah, dan terakhir yang saya punya adalah uang Rp. 900 itu masih teronggok manis di bagian slot koin. Entah, apa istilah yang tepat menggambarkan kejadian ini. Hmmm, mungkin buaya dikadalin ya, hihihi. Sumpah, rasanya tak sabar menceritakan peristiwa ini dengan keluarga di rumah. Nyopet kok dompetnya anak sekolah yang berani-beraninya punya nyawa 900 perak buat jaga dompet, hahaha. Duhdek 

Hmmm, sedikit tips dari saya untuk angkoters adalah 
1. Sebaiknya memilih ngangkot dengan banyak penumpang, jika terpaksa belum sampai tujuan sudah sepi, lebih baik turun dan pindah angkot. 
2. Jika memakai tas punggung, dekaplah erat di depan *layaknya aku mendekap cintamu, eaaaahhh
3. Saat hendak turun dari angkot, waspadalah pada mereka yang berdiri atau duduk di dekat pintu.
4. Berdo'alah sebelum bepergian.
Tips aman
Semoga kejadian ini tidak terulang pada saya dan kita semua dijauhkan dari hal-hal membahayakan. Sehingga kita pantas mendapatkan gelar angkoters berijazah, hehehe. 

1 komentar:

  1. Aku kalo ada yang mencurigakan malah langsung aku pelototin mbak, biar dia salting dan ngeri sendiri :D

    Salam,
    Puput

    BalasHapus